ID | EN

Saksi Bisu Kekejaman Pasukan Tjakrabirawa

Museum Jenderal Besar A. H. Nasution, Saksi Bisu Kekejaman Pasukan Tjakrabirawa.
Photo Source: Alinear docs.
 
Tentu kita masih ingat dengan kejadian G30S/PKI yang dipelajari di bangku sekolah. Dari tujuh jenderal berpangkat tingi yang diburu oleh tentara Tjakrabirawa (tentara RI yang membelot dan memilih bergabung dengan PKI), hanya Jenderal A.H. Nasution-lah yang berhasil lolos. Namun, ajudan dan putri bungsu beliau harus gugur dalam peristiwa kelam tersebut.
 
Untuk mengenang kejadian bersejarah itu, bangunan bernomor 40 yang dulunya merupakan kediaman keluarga Jenderal Abdul Harris Nasution, diresmikan menjadi museum pada 3 Desember 2008 oleh Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. Museum yang terletak di Jalan Teuku Umar, Menteng, ini menyimpan banyak sekali benda peninggalan sang jenderal yang bernilai historis tinggi.
 
Tak sulit untuk menemukan lokasi museum ini, karena berada dekat dengan taman Suropati dan terdapat tulisan “Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution” yang terukir di dekat pagar. Di halaman depan museum ini Anda juga akan melihat patung Jenderal A.H. Nasution yang diapit dua buah meriam.
 

Photo Source: Alinear docs.
 
Terdapat dua bangunan di museum ini, yakni rumah utama Sang Jenderal dan paviliun. Di rumah utama terdapat sembilan ruang pameran. Ruang pertama merupakan ruang tamu. Di ruangan ini Anda akan melihat patung Pak Nas (sapaan akrab Jenderal Nasution) setengah badan yang terbuat dari perunggu. Ruangan kedua merupakan ruang kerja beliau lengkap dengan beberapa koleksi buku favorit. Ruang ketiga adalah ruang khusus untuk tamu VIP yang dirancang sendiri oleh Jenderal Nasution.
 

Photo Source: Alinear docs.
 
Tak jauh dari situ, terdapat kamar tidur Pak Nas. Kamar inilah yang menjadi saksi bisu penyerangan berdarah yang dilakukan oleh tentara Tjakrabirawa. Di kamar ini dipamerkan diorama saat terjadi pengepungan dan penembakan. Di sini Anda dapat melihat bekas peluru yang menembus pintu dan dinding kamar. Suasana mencekam bisa Anda rasakan di ruangan ini.
 
Selanjutnya kita bisa melihat diorama penyelamatan diri Pak Nas saat melompati pagar menuju kediaman Dubes Irak yang disaksikan oleh istri beliau sambil menggendong Ade Irma Suryani, putri bungsunya yang tertembak.
 
Selain kamar tidur Pak Nas, terdapat pula kamar tidur Ade Irma Suryani. Di ruangan ini, dipajang benda-benda kesayangan putri bungsu beliau yang meninggal di usia lima tahun, seperti boneka, sepatu, dan seragam TNI mini. Di salah satu dinding, terdapat lukisan dengan tulisan “Papa… Ade salah apa?”, kata-kata ini diucapkan sendiri oleh Ade Irma Suryani sesaat setelah ia tertembak.
Suasana tak kalah menegangkan juga terasa di paviliun museum. Di sini terdapat diorama adegan penculikan Kapten Pierre Tendean, ajudan Jenderal A. H. Nasution. Sang ajudan diculik oleh tentara Tjakrabirawa karena mengaku sebagai Jenderal Nasution.
 
Museum Jenderal Besar A. H. Nasution sangat layak untuk Anda kunjungi agar dapat meneladani jiwa patriotik Sang Jenderal yang rela mengorbankan diri dan keluarga demi keamanan bangsa dan negara.
Scroll To Top