Hobi sering kali menjadi titik awal munculnya ide bisnis. Hal itu pulalah yang dialami Presi Mandari, pendiri label tas kanvas Sackai Bags. Stres dengan pekerjaan kantor membuat Presi kerap memanfaatkan waktu luangnya sepulang kerja menjajal membuat tas. Bukan tanpa alasan, mantan wartawati ini memang sangat menyukai barang-barang berbahan kanvas, seperti tas dan sepatu. Terutama tas besar yang bentuknya sederhana, namun fungsional.
Hasil kreasinya tersebut lalu ia bawa ke luar rumah, termasuk ke kantor. Hingga akhirnya banyak temannya yang juga ingin memiliki tas itu, dan minta dibuatkan. Produk tas pertama yang dibuat adalah reversible tote, sebuah tas kain konsep bolak-balik yang sederhana dan tidak memiliki banyak aksesori. Tas ini tak disangka banyak peminatnya. Presi pun mulai mengembangkan bisnisnya dan bekerja sama dengan sang suami, Toto Prastowo untuk membuat lebih banyak tas.
Saat ini, Presi bertugas dalam kontrol kualitas dan desain model produk, sedangkan Toto berperan sebagai desainer grafis. Sejak awal 2014 hingga kini, desain Sackai Bags banyak terinspirasi dari fauna. Beberapa ilustrasi binatang yang diterapkan seperti paus, burung hantu, capung, Kucing, hingga badak.
Desain-desain unik tersebut terinspirasi dari lingkungan sekitar. Selain itu, penggunaan gambar binatang juga banyak disukai orang. Hal itulah yang kemudian menjadi kunci bagi Sackai Bags untuk menarik pembeli. Meskipun kesan kekanak-kanakan terkadang muncul, namun banyak orang yang meski sudah dewasa masih senang bermain dan bernostalgia dengan masa kecilnya.
Beberapa desain tas Sackai Bags juga diberi sentuhan surealis. Misalnya tas dengan gambar seekor kucing yang seolah berubah menjadi bulan. Atau gambar paus dengan ilustrasi Hokusai Great Wave milik seniman Jepang Katsushika Hokusai. Dalam mendesain, Toto senang bereksplorasi dengan banyak unsur, karena tak sedikit orang yang suka menggunakan barang yang ada kaitannya dengan diri mereka.
Beberapa jenis tas yang dipasarkan Sackai Bags, antara lain rolltop backpack, swing bag, cross-body totebag, tote-backpack, hingga dompet dan pouch. Proses pembuatan menghabiskan waktu yang berbeda-beda, termasuk jumlah produk yang dihasilkan. Namun, setiap bulannya mereka dapat mengeluarkan hingga sekitar 200 buah produk. Untuk menjaga eksklusivitas, Sackai Bags tidak memproduksi lagi koleksi yang sudah habis. Gantinya, mereka akan meluncurkan model yang sama dengan desain yang baru.
Harga tas Sackai Bags berkisar antara Rp 300 – 700 ribu dengan berbagai pilihan warna, baik warna cerah ataupun warna dasar. Hasil dari ragam warna yang dipilih terkadang mengejutkan dan sangat unik begitu dipadukan dengan gambar-gambar yang dikreasikan. Sackai Bags tidak memiliki target rutin untuk meluncurkan koleksi-koleksi terbaru. Terkadang, mereka justru diingatkan jika stok barang mulai menipis.
Presi dan Toto juga merasa terbantu dengan adanya media sosial. Sehingga tanpa membuka toko, mereka bisa memasarkan produk, bahkan hingga ke luar negeri. Tas kreasi pasangan ini sudah pernah dikirim ke Amerika Serikat dan Kanada. Saat ini, tas-tas unik buatan Sackai Bags bisa ditemui secara offline di Alun-Alun Grand Indonesia dan Plaza Bali Duty Free di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Website: https://www.sackai.com/en
Instagram: @sackaibags