ID | EN

Ayu Utami Sastrawan Pendobrak Kemapanan

Ayu Utami, dikenal sebagai sastrawan pendobrak kemapanan.

Titik awal keberhasilan dalam karir seseorang terkadang justru dimulai ketika ia berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Ayu Utami yang sukses sebagai seorang sastrawan setelah kehilangan pekerjaan sebagai seorang wartawan, menjadikan makna dalam kalimat tersebut nyata adanya.

Ayu Utami lahir dan besar di Jakarta. Pasca menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Ia menjadi seorang wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan Demokrasi & Reformasi yang berada di bawah manajemen tempo. Pada era rezim militer saat itu, media massa harus memiliki SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) yang sangat sulit didapat.

Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor, dan Detik pada masa Orde Baru, Ayu ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pelucutan tersebut. Ayu berpartisipasi untuk membangun Teater Utan Kayu sebuah pusat kegiatan seni, pemikiran, dan kebebasan informasi, dan kini berperan sebagai kurator. Ia juga merupakan anggota redaktur Jurnal Kalam dan peneliti di Institut Studi Arus Informasi.

Ketika menjalani kehidupan sebagai aktivis, Ayu kemudian tertarik untuk menulis novel. Ayu yang sedari kecil dididik dengan latar agama dan budaya yang kental melihat ada banyak ketidakadilan dan penyimpangan moral. Hal inilah yang kemudian mendorongnya untuk mengangkat tema seks, kegilaan, dan agama dalam karya-karyanya. Tema-tema inilah yang membuatnya dikenal sebagai seorang pembuat gebrakan di kemudian hari.

Novel pertama yang ditulisnya adalah  Saman yang memenangi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1998. Dari karyanya itu, Ayu menjadi perhatian banyak pembaca dan kritikus sastra karena novelnya dianggap membawa warna baru dalam dunia sastra Indonesia. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, Belanda yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Karyanya yang lain, Larung, yang merupakan dwilogi novelnya, Saman dan Larung, juga mendapat banyak perhatian dari khalayak luas. Hingga kini Ayu masih aktif sebagai penulis novel dan naskah drama.

Scroll To Top