Photo source: Kompas Pedia (Web)
R.A Kartini dikenal sebagai pahlawan perempuan Indonesia yang memperjuangkan emansipasi perempuan dan kesetaraan gender di Indonesia pada masa penjajahan Belanda di Tanah Air. Dia menginginkan perempuan memiliki dan memperoleh pendidikan yang tinggi sama seperti pria. Namun, selain Kartini, ada juga pahlawan-pahlawan perempuan yang berani, tangguh, gigih, dan hebat dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Mau tahu siapa sajakah mereka? Simak artikel berikut ini!
1. Keumalahayati
Photo source: Liputan6 (Web)
Dikenal juga sebagai Malahayati. Ia adalah pahlawan perempuan asal Kesultanan Aceh. Ia memimpin pasukan Inong Bale (janda-janda pahlawan yang gugur dalam peperangan melawan penjajah). Suaminya, Laksamana Zainal Abidin, gugur dalam pertempuran di Teluk Haru saat melawan Portugis. Dari situ, Malahayati memberikan usulan kepada Kesultanan Aceh untuk membentuk Inong Bale. Usulannya disetujui dan ia diangkat sebagai Pemimpin Pasukan Inong Bale dengan pangkat Laksamana. Pasukannya pun disegani oleh penjajah karena dikenal berani dan tangguh. Bahkan Cornelis de Houtman tewas di tangannya ketika sedang bertempur melawan kapal dan benteng Belanda. Namun pada tahun 1615, Malahayati gugur dalam pertempuran melawan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso De Castro. Kala itu ia mempertahankan dan melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis.
2. Martha Christina Tiahahu
Photo source: Voi (Web)
Pahlawan perempuan asal Maluku ini adalah putri dari Kapitan Paulus Tiahahu. Di usianya yang masih 17 tahun, dia sudah berani maju mengangkat senjata melawan Belanda. Bahkan dia selalu menyemangati kaum perempuan untuk membantu kaum laki-laki ke medan perang untuk sama-sama bertempur melawan Belanda. Namun ketika ayahnya dijatuhi hukuman mati oleh Belanda, Martha mengalami penurunan kesehatan fisik dan juga gangguan mental. Sehingga pada akhirnya dia ditangkap dan dihukum untuk melakukan kerja paksa dan dibawa ke Jawa. Ketika dalam perjalanan dari dari Maluku ke Jawa, dia sakit dan menolak untuk diberikan makan maupun diobati. Hingga pada akhirnya wafat pada tanggal 2 Januari 1818 dan disemayamkan dengan acara penghormatan militer ke Laut Banda.
3. Nyi Ageng Serang
Photo source: Wikipedia (Web)
Memiliki nama Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi yang lahir pada tahun 1752. Beliau merupakan anak dari Pangeran Natapraja yang juga keturunan Sunan Kalijaga. Beliau sama-sama melawan penjajah bersama Ayah dan kakaknya bernama Kyai Ageng Serang. Namun Ayah dan kakaknya gugur dalam upaya membela Mangkubumi melawan Paku Buwono I yang dibantu oleh Belanda. Semangat dan kegigihannya melawan Belanda tidak berhenti sampai di sana. Ia terus memimpin pasukannya sampai usianya 73 tahun. Kehebatannya dalam menyusun strategi perang diakui oleh Pangeran Diponegoro. Bahkan ia diangkat sebagai salah satu penasihatnya. Di usianya yang ke 76, ia meninggal karena Malaria.
4. Cut Nyak Dien
Photo source: Kompasiana (Web)
Beliau merupakan pejuang asal Aceh yang memiliki pengaruh kuat terhadap rakyat Aceh. Semangatnya yang kuat dan membara dipicu akibat suaminya, Ibrahim Lamnga, yang meninggal ketika bertempur melawan Belanda pada tahun 1878. Namun di tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar. Mereka berdua memiliki tekad yang sama yaitu melawan Belanda. Namun sayangnya di tahun 1899, Cut Nyak Dien harus mengalami kehilangan suami untuk yang kedua kalinya dalam medan pertempuran. Cut Nyak Dien akhirnya berjuang sendiri bersama pasukan kecilnya melawan Belanda. Akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap Belanda dan diasingkan ke Sumedang sampai akhir hayatnya.
5. Cut Meutia
Photo source: Tagar.id (web)
Banyak pejuang perempuan tangguh berasal dari Bumi Aceh, salah satunya adalah Cut Meutia. Beliau juga adalah pahlawan perempuan yang sama-sama bertempur melawan Belanda bersama suaminya, Teuku Muhammad. Tetapi di tahun 1905, suaminya ditangkap oleh Belanda dan dijatuhi hukuman mati. Sesuai peninggalan wasiat yang ditinggalkan oleh suaminya, beliau menikahi Pang Nangroe, dan terus berjuang melawan Belanda bersama Korps Marechausée. Di tahun 1910, Pang Nangroe meninggal dalam pertempuran, sedangkan Cut Meutia berhasil lolos dari Belanda dan lari bersama sisa pasukannya ke dalam hutan. Pada tanggal 24 September 1910, Cut Meutia gugur melawan Belanda.
6. Maria Walanda Maramis
Photo source: Journal Telegraf (Web)
Perempuan ini dikenal sebagai Kartini dari Minahasa. Beliau sangat peduli dengan pendidikan perempuan. Sebab pada masanya, ia juga menyaksikan masih banyaknya kaum perempuan yang memiliki keterbelakangan pendidikan. Beliau bersekolah di Sekolah Melayu di Maumbi di Minahasa Utara selama 3 tahun, dan sayangnya tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini mendorong dirinya untuk mendidirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT), yaitu organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan kaum perempuan. Di sini para perempuan diajarkan mulai dari ilmu untuk berumah tangga, memasak, menjahit, mengurus bayi, dll. Ia aktif di organisasi yang didirikannya ini hingga akhir hayatnya pada tanggal 22 April 1924.
7. Dewi Sartika
Photo source: Wikipedia (Web)
Sama seperti Kartini dan Maria Walanda Maramis, yang ingin memajukan perempuan di bidang pendidikan. Pada tahun 1904, Raden Dewi Sartika mendirikan sekolah bernama Sekolah Isteri tanggal 16 Januari 1904. Tahun 1920 sekolahnya berubah nama menjadi Kaoetamaan Isteri. dan pada tahun 1929, berubah nama lagi menjadi Sekolah Raden Dewi. Ia dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau sebagai penghargaan atas jasanya yang bergerak di bidang pendidikan perempuan.
8. Andi Depu
Photo source: womenlead.magdalene.co
Mungkin belum banyak orang yang mengenal sosok pahlawan perempuan pemberani ini. Beliau adalah Andi Depu Maraddia Balanipa, yang berasal dari Tinambung, Sulawesi Barat. Ia dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan Belanda karena mempertahankan wilayahnya dari serangan mereka. Tak hanya itu, ia pun berani mengibarkan bendera merah putih saat Jepang tiba di Mandar tahun 1942. Karena keberaniannnya tersebut Presiden Soekarno memberikan penghargaan Bintang Mahaputra Tingkat IV. Juga gelar Pahlawan Nasional diberikan oleh Presiden Joko Widodo untuk Andi Depu.
9. Rasuna Said
Photo source: Republika (Web)
Nama lengkapnya adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Ia pun memiliki visi dan misi yang sama dengan Kartini, yaitu kesetaraan gender. Ia berpendapat bahwa kemajuan kaum perempuan tidak hanya didapatkan dari pendidikan saja, namun bisa didapatkan juga dengan melakukan perjuangan politik. Ia diberikan hukum Speek Delict oleh Belanda karena pidatonya yang mengecam Belanda pada saat itu. Speek Delict adalah hukum kolonial Belanda yang diberikan kepada orang yang menentang dan melawan Belanda. Pada tahun 1932 ia pernah ditangkap oleh Belanda bersama temannya, Rasimah Ismail dan dipenjara di Semarang. Setelah kemerdekaan, beliau pernah diangkat menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Serikat (DPR RIS). Ia juga sempat menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Rasuna Said meninggal pada tanggal 2 november 1965 akibat kanker darah yang dideritanya.
Tags