Apakah Anda termasuk orang yang rajin menyeruput kopi setiap hari? Banyak yang menganggap bahwa ritual wajib bagi penikmat kopi ini dapat mengembalikan konsentrasi dan semangat yang hilang selama beraktivitas. Mereka menganggap kopi sebagai belahan jiwa, sehingga mustahil bisa bertahan tanpa mengonsumsinya meski hanya satu hari. Bahkan ada juga yang beralasan konsentrasi akan menurun jika tidak menyeruput secangkir kopi saja sehari. Menurut mereka, kafein yang terkandung dalam kopi membantu untuk lebih berkonsentrasi.
Meski demikian, masih banyak penikmat kopi yang belum menyadari bahaya dari asupan kafein berlebih. Kafein sendiri merupakan zat stimulan yang mampu merangsang sistem saraf pusat sehingga orang yang mengonsumsinya akan merasa lebih bersemangat dan dapat menghilangkan kantuk dalam waktu bersamaan.
Namun, tahukah Anda jumlah konsumsi kafein yang diperbolehkan adalah 400 miligram per hari? Jika meminum kopi berdasarkan takaran tersebut, sebenarnya tidak berdampak apa-apa pada tubuh. Lain hal jika takarannya berlebihan, kafein akan berdampak negatif bagi kesehatan tubuh.
Photo by Chad Madden on Unsplash
Penikmat kopi yang terlalu sering mengonsumsi kopi, bukan tidak mungkin akan mengalami kecanduan terhadap kafein. Biasanya, seseorang yang kecanduan kafein akan merasakan pusing, sakit kepala, mudah mengantuk dan mood swing (suasana hati yang cepat berubah).
Pada beberapa jenis obat sakit kepala, kafein memang digunakan sebagai salah satu komposisi obat. Dalam jumlah tertentu, kafein dapat membantu menghilangkan pusing, sakit kepala. Namun, dalam jumlah berlebih justru dapat menyebabkan sakit kepala. Di sisi lain, kafein termasuk salah satu zat diuretik yang dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil. Jika tidak diimbangi dengan asupan air yang cukup, dikhawatirkan tubuh akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Dehidrasi memang dapat diatasi dengan memperbanyak minum air putih. Meski begitu, bukan berarti Anda boleh semena-mena mengonsumsi kafein tanpa memperhatikan takaran yang dianjurkan. Dengan alasan itu pula, terkadang para penikmat kopi diminta untuk mengurangi konsumsi kopi.
Salah satu cara untuk mulai mengurangi kebiasaan menyeruput bercangkir-cangkir kopi adalah menguranginya secara bertahap. Menurut ahli gizi sekaligus juru bicara American Dietetic Association, Kathleen Zellman, RD, hal tersebut bukan tidak mungkin dilakukan. Caranya, kurangi 25% di awal selama satu minggu pertama. Cara lain untuk ‘mengakalinya’ adalah dengan mengisi tiga perempat cangkir kopi dengan kopi biasa dan sisanya ditambah kopi decaf.
Kopi decaf merupakan pilihan tepat bagi Anda yang harus atau mungkin ingin mengurangi konsumsi kafein tanpa harus berhenti menyeruput kopi favorit. Apa saja yang menjadi keunggulan kopi decaf dibanding kopi biasa? Berikut penjelasannya.
Mungkin ada banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam benak Anda saat mendengar istilah satu ini, kopi decaf. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan kopi decaf, ada baiknya untuk mengetahui seluk beluk kafein.
Photo by Toa Heftiba on Unsplash
Kafein merupakan senyawa kimia yang memiliki efek positif sekaligus negatif bagi tubuh. Senyawa kimia bernama alkaloid xantin ini jika dilihat dari sisi positif, dapat meningkatkan daya ingat otak, melancarkan buang air besar, menurunkan risiko Parkinson, bahkan dapat menghilangkan rasa nyeri.
Di sisi lain, pengonsumsian kafein dalam jumlah banyak dapat memengaruhi sistem saraf pusat sehingga menyebabkan seseorang sulit terlelap (insomnia), gelisah, ritme jantung tidak teratur dan masalah pencernaan. Alasan demikian membuat banyak orang enggan menyentuh kopi yang notabene mengandung kafein. Padahal, kopi juga mengandung zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti antioksidan, magnesium, potassium hingga niacin.
Dalam satu cangkir kopi biasa (non-decaf) terdapat 2,4% magnesium yang direkomendasikan untuk tubuh setiap harinya. 4,8% potassium, 2,5% niacin (vitamin B3) dan 15% antioksidan.
Kopi decaf tidak benar-benar bebas kafein. Banyak sekali orang yang salah kaprah dengan pernyataan satu ini. Menurut Food and Drug Administration (FDA), badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, kopi decaf harus mengurangi 97% kafein yang terkandung di dalamnya agar dapat diberi label ‘bebas’ kafein. Sebab, menggunakan teknik apapun, kandungan kafein dalam kopi tidak dapat hilang 100%.
Menurut salah seorang ahli nutrisi di Amerika, tidak ada satu kopi murni yang tidak mengandung kafein di dalamnya, meski hanya 2 – 3% seperti kopi decaf. Dengan kata lain, kopi decaf masih mengandung 3% kafein. Jumlah kafein dalam kopi decaf pun bervariasi, bergantung pada merek. Kebanyakan kopi ‘tanpa kafein’ kemasan yang beredar di pasaran mengandung 3 - 15 miligram kafein, lebih rendah dibanding kopi biasa yang mengandung sekitar 85 miligram kafein per cangkir.
Photo by Luke Porter on Unsplash
Bruce Goldberger, Ph. D, professor di UF’S William R. Maples Centre mengatakan bahwa seseorang yang mengonsumsi 5 – 10 cangkir decaf sama dengan minum satu cangkir kopi biasa. To sum up, kopi decaf bukan sama sekali tidak mengandung kafein, masih mengandung kafein namun kadarnya lebih rendah dibanding kopi biasa.
Goldberger juga mengatakan bahwa kopi decaf bisa menjadi pilihan tepat bagi mereka yang ingin mengurangi konsumsi kopi. ‘Terapi’ ini perlahan-lahan dapat mengurangi kecanduan seseorang terhadap kopi yang mengandung banyak kafein.
Kopi decaf yang kini sangat mudah dijumpai di pasaran, dibuat dengan berbagai teknik. Sisa kafein yang terkandung di dalamnya pun bergantung pada jenis biji kopi yang digunakan.
Yang pertama proses air. Proses yang mulai dikembangkan sekitar tahun 1930an ini memang tidak banyak dipakai sekarang ini. Proses ini diawali dengan cara merendam green bean (biji kopi hijau) dengan menggunakan air panas sehingga kafein yang ada di dalam biji kopi tersebut berkurang. Setelah direndam, air sisa rendaman disaring untuk menghilangkan kafeinnya. Air sisa rendaman pertama yang sudah disaring akan digunakan kembali untuk merendam biji kopi yang sama. Dilakukan berulang kali hingga kandungan kafein dalam biji kopi hanya tersisa sedikit.
Teknik kedua diberi nama decaffeination. Teknik yang dikembangkan di awal tahun 1900an ini merupakan sebuah proses menghilangkan kafein dalam biji kopi dengan bantuan cairan kimia bernama ethyl acetate. Cairan ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan kafein pada biji kopi yang digunakan.
Photo by Nathan Dumlao on Unsplash
Prosesnya dimulai dengan cara mengukus biji kopi hingga lunak. Dilanjutkan dengan mencucinya dengan cairan ethyl acetate. Setelah dicuci, kopi kembali dikukus. Ini bertujuan untuk menghilangkan residu ethyl acetate yang mungkin masih menempel pada biji kopi. Proses selanjutnya adalah pengeringan dan sangrai untuk memastikan cairan ethyl acetate tidak ada yang tersisa. Proses sangrai (roasting) inipun berbeda dengan dengan roasting pada biji kopi lain. Sebab, kopi decaf cenderung dua kali lebih cepat basi dibanding kopi biasa.
Teknik ketiga adalah ekstrasi karbondioksida. Proses paling baru yang dikembangkan dalam dekafeinisasi kopi ini dimulai dengan merendam biji kopi ke dalam wadah penuh air. Karbondioksida (CO2) terbukti dapat melarutkan kafein yang terkandung di dalam biji kopi tanpa menghilangkan rasa dari kopi itu sendiri.
Meski terkesan aman, sebelum mengonsumsi kopi decaf tentu harus memilihnya dengan teliti. Pasalnya, proses dekafeinisasi menyebabkan senyawa fitokimia meningkat. Senyawa fitokimia yang tertinggal setelah proses dekafeinisasi akan memperparah masalah kesehatan yang sebetulnya memang sudah diderita oleh penikmat kopi, seperti asam lambung.
Kebanyakan penikmat kopi langsung menyalahkan kopi yang senantiasa dikonsumsinya. Padahal, kopi decaf yang kafeinnya terbukti lebih rendah dibanding dengan kopi biasa bukanlah jawaban untuk menghindari terkena penyakit tersebut.
Di sisi lain, ketika proses dekafeinisasi (penghilangan kadar kafein) dalam biji kopi dilakukan, peneliti menemukan beberapa tahap, baik saat perendaman atau pemanasan (sangrai) dengan suhu tinggi akan menyebabkan pori-pori biji kopi terbuka. Meski kafeinnya hilang, hal tersebut menjadikan antioksidan alami dalam biji tersebut ikut larut dalam air. Antioksidan alami dalam biji kopi bernama chlorogenic acid memiliki sifat gampang larut dalam air.
Kandungan antioksidan yang terkandung dalam kopi ternyata ramah bagi kesehatan hati, bahkan terbukti dapat mencegah beberapa kerusakan pada sel-sel otak yang terlibat dalam fungsi kognitif, seperti mengurangi risiko Alzheimer, Parkinson dan demensia.
Studi lain juga menyebutkan bahwa empat gelas kopi yang dikonsumsi per hari dapat menurunkan risiko diabetes. Hal tersebut dapat terjadi karena kandungan asam cholorogenic dan quinides pada kopi mampu meningkatkan sensitivitas sel tubuh yang bereaksi pada insulin.
Photo by Clay Banks on Unsplash
Kopi decaf baik untuk liver, hal tersebut mengacu pada hasil studi yang dilakukan pada 28.000 orang relawan yang mengonsumsi kopi decaf sebanyak 3 cangkir per hari selama 10 tahun belakangan dan terbukti memiliki risiko rendah terhadap kerusakan (peradangan) liver yang disebabkan oleh kerusakan enzim. Hal ini tentu bergantung pada kopi decaf jenis apa yang Anda pilih. Misalnya, kopi decaf yang diproses (diolah) dengan teknik Waterseal Swiss, merek kopi decaf yang menggunakan teknik CO2 (karbondioksida) untuk proses dekafeinisasinya. Dengan kata lain, tidak menggunakan bahan kimia apapun untuk menghilangkan kandungan kafein pada biji kopi, sehingga dapat dikatakan baik untuk liver.
Beberapa peneliti bahkan berspekulasi jika antioksidan yang terkandung pada kopi mampu mengatasi efek peradangan pada arteri sehingga menurunkan risiko penyakit jantung. Kendati demikian, kadar kafein yang disarankan dan juga dapat dicerna oleh tubuh secara maksimal adalah 400 miligram per hari.
Penasaran dengan kopi decaf? Anda dapat mencoba beragam kopi luwak yang saat ini menjamur di pasaran. Kopi luwak juga bisa dikategorikan ke dalam kopi decaf. Pasalnya, kandungan kafein dalam kopi luwak lebih sedikit dibanding dengan kopi biasa. Alasannya, proses fermentasi yang terjadi di dalam perut hewan membuat senyawa dalam kopi, seperti ethyphenol zat yang memberi aroma khas pada kopi dan acetylmethylcarbonil zat pemberi rasa gurih pada kopi terurai sempurna sehingga tidak hanya aroma dan rasa saja yang sempurna, namun juga bermanfaat. Salah satu manfaat yang terkandung dalam kopi luwak adalah mencegah diabetes.
Satu cangkir kopi decaf, seperti kopi luwak per hari dapat menurunkan 6% risiko diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 dapat terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin. Akibatnya, penderita memiliki kadar gula yang tinggi dalam darah karena tubuh tidak dapat mengontrol jumlah dalam sel-sel tubuh.
Beberapa minuman decaf selain kopi juga dapat dikonsumsi sebagai pengganti kopi biasa, seperti teh herbal, smoothie atau jus. Yang perlu diingat, baik smoothie atau jus yang Anda konsumsi sebagai pengganti kopi biasa atau decaf tidak mengandung terlalu banyak gula atau susu.
“Tidak ada minuman lain yang dapat menghilangkan rasa kantuk seperti kopi.” Jika Anda beranggapan demikian, Anda mungkin belum pernah merasakan sensasi minuman panas lain yang terbukti ampuh mengusir kantuk di sela-sela aktivitas.
Untuk mengusir kantuk yang datang saat beraktivitas, Anda dapat membuat teh panas dengan irisan jahe atau lemon. Meskipun mengandung kafein, kandungan kafein kopi biasa jauh lebih besar dibanding dengan teh. Satu cangkir teh mengandung sedikitnya 55 miligram kafein.
Selama dikonsumsi secara bijak, baik kopi maupun teh memiliki manfaat yang baik bagi tubuh, termasuk meningkatkan konsentrasi dan menghilangkan kantuk. Beberapa penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa kafein yang terkandung dalam secangkir teh mampu membantu meningkatkan konsentrasi, melawan kanker dan mengurangi risiko terjangkit penyakit kardiovaskular.
Photo by Sincerely Media on Unsplash
Dibekali dengan segudang keunggulan, bukan berarti kopi decaf aman dikonsumsi secara berlebihan. Para peneliti dari American Heart Association menyebutkan bahwa kopi decaf dengan kandungan kafein jauh lebih rendah dibanding dengan kopi biasa mungkin dapat meningkatkan kolesterol LDL.
Kolesterol LDL sendiri merupakan kolesterol baik yang tidak mengandung banyak lemak, namun mengandung banyak protein yang berfungsi sebagai pembersih dalam saluran pembuluh darah sehingga aman bagi tubuh walaupun kadarnya tinggi. Kendati demikian tingginya kolesterol LDL juga dapat merugikan kesehatan tubuh terutama jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh American Heart Association menyebutkan bahwa tiga kelompok peserta yang minum sedikitnya tiga cangkir kopi decaf per hari menunjukkan peningkatan salah satu komponen pembentuk kolesterol LDL, yakni apolipoprotein B sebanyak 8%.
Peneliti mengukur tingkat kafein dalam darah peserta selama tiga bulan. Gaya hidup, jumlah konsumsi harian, jenis kopi yang dipilih dan kesehatan jantungnya menjadi indikator kunci sebelum, selama dan setelah studi (penelitian) tersebut berlangsung. Hasilnya, apolipoprotein B dalam tubuh penikmat kopi decaf mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hingga 8% dibanding dengan penikmat kopi biasa atau minuman lain yang sama-sama mengandung kafein. Apolipoprotein B atau yang dikenal dengan Apo B sendiri merupakan parameter yang menentukan terjadinya pengendapan lemak. Oleh sebab itu, World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa Apo B sangat berperan pada risiko dini penyakit jantung.
Jika dibandingkan dengan kopi biasa, harga kopi decaf tentu lebih mahal dan dari semua keunggulan dan kekurangan yang dimiliki oleh kopi decaf dapat ditarik kesimpulan bahwa kunci utamanya terletak pada jumlah takaran. Selama dikonsumsi secara bijak, baik kopi biasa, kopi decaf maupun minuman mengandung kafein lain aman bagi tubuh.
Apabila Anda ingin mendapatkan manfaat kopi dengan kandungan kafein lebih rendah namun harganya terjangkau, dapat mencampur kopi decaf dengan kopi biasa. Kopi decaf dapat menyerap kafein pada kopi biasa, meskipun hasilnya tidak semaksimal menyeruput satu cangkir kopi decaf asli tanpa campuran kopi biasa. Anda masih bisa menikmati kopi biasa favorit Anda dan juga merasakan manfaat yang ditawarkan oleh kopi decaf.
Tags