Bangunan persegi empat dengan atap tinggi ini merupakan sebuah gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1695. Terhitung sudah 3 abad lamanya gereja ini berdiri kokoh dan masih dengan bentuk yang sama. Artinya, Gereja Sion ini adalah gereja tertua di Jakarta dan fungsinya masih sama dengan rencana awal gereja ini didirikan. Gereja dengan nama asli Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis ini memiliki daya tahan bangunan yang sangat kokoh dan juga arsitektural yang megah. Sampai sekarang pembuatan gereja ini dapat dibaca melalui tulisan yang terpampang pada dindingnya dan ditulis dalam bahasa Belanda.
Sejarahnya, gereja ini dibangun sebagai pengganti sebuah pondok terbuka yang sangat sederhana. Pondok tersebut sudah tidak lagi memadai bagi warga Portugis untuk beribadah. Sekarang ini Gereja Sion dikelola oleh GPIB Jakarta sehingga memiliki nama GPIB Jemaat Sion sejak tahun 1957. Nama Sion sendiri berasal dari nama sebuah bukit di daerah Palestina berbahasa Ibrani dan merupakan lambang keselamatan pada bangsa Israel kuno.
Photo source: http://www.jakarta100bars.com
Gereja berukuran 24 x 32 meter ini memiliki bangunan tambahan di belakangnya yang berukuran 6 x 18 meter sehingga dapat menampung 1.000 jemaat. Yang unik dari gereja ini adalah bentuk mimbar yang unik bergaya Barok. Mimbar ini bertudung sebuah kanopi yang ditopang oleh dua tiang bergulir serta memiliki empat tonggak perunggu. Ada juga organ seruling yang sampai sekarang masih terawat dengan baik yang merupakan pemberian dari seorang putri pendeta bernama John Maurits Moor. Berkunjung ke gereja ini dapat menggali memori melalui sebuah rumah ibadah.