Kita semua tahu bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya dan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan ragam produk pertanian organik yang berkualitas. Itu lah yang dilakukan oleh Helianti Hilman, pendiri sekaligus CEO Javara. Produk pertanian Indonesia dipamerkan olehnya untuk pentas di mancanegara. Helianti berhasil memoles produk pertanian organik Indonesia hingga akhirnya disukai masyarakat Internasional.
Javara mengandalkan produk pangan organik yang ditanam oleh petani Indonesia. Tiap produknya, Javara mengemas secara eksklusif dan menonjolkan kearifan budaya Indonesia. Seperti, produk beras Javara yang diberi nama khas Indonesia, Cempo Merah, Andel Abang, Jenggot Netep, Wangi Menyan, dan Menthik Susu, yang dikemas dengan berat antara 400 gram dan 5 kilogram.
Berbeda dengan kemasan beras pada umumnya, Javara turut mencantumkan cerita di balik proses pembuatan produk sehatnya dan diproduksi oleh petani di daerah terpencil di Indonesia. Menurut Helianti, untuk bisa masuk ke pasar global, suatu produk harus memiliki ciri khas dan dapat memahami karakteristik konsumen. Pasar global pun menyambut baik produk Javara. Sehingga Helianti terus berkomitmen untuk menjaga kualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal Indonesia.
Kini, produk Javara telah tersebar di 23 negara di lima benua. Perusahaan ini juga menggandeng puluhan ribu petani lokal dan memasarkannya di dunia internasional. Produk yang ditawarkan pun tak hanya beras, ada juga gula semut alami atau coconut sugar dengan rasa yang beragam seperti orisinal, jahe, vanila, temulawak dan kunyit. Selain itu, ada juga kopi, madu, aneka rempah, kokoa, kacang mete, gula aren, minyak kelapa, selai, pisang, bumbu, rumput laut dan berbagai jenis produk pangan lainnya yang berhasil memikat hati penduduk di negara lain.
Photo Source: @javaraindonesia
Meski kini Javara telah sukses di pasar lokal dan global, bukan berarti tak ada hambatan. Pada awal merintis Javara, Helianti sempat mengalami kegagalan. Wanita lulusan Kings College University of London ini sempat kesulitan memasarkan produknya di dalam negeri. Harga produk yang lebih mahal ketimbang produk lain yang serupa sempat membuat Javara tak diminati masyarakat di negaranya sendiri.
Produk Javara juga sempat kesulitan didaftarkan. Pada saat ingin mendaftarkan Javara di Kementan, ternyata unit pendaftarannya belum dibuka. Banyak produk yang tidak dapat masuk ke pasar lokal, akhirnya membuat Helianti memilih mengekspor produknya. Hasilnya, warga asing malah banyak yang menyukai produk pangan organik Javara.
Pada tahun 2014 lalu, 90% produk Javara diekspor. Namun, seiring perubahan perilaku konsumen di Indonesia, produk Javara akhirnya mulai memikat hati mereka. Kini presentase pemasaran produk Javara pun sudah hampir 50%-50%.
Sebelum mendirikan Javara, Helianti sempat bekerja sebagai konsultan di lembaga internasional. Profesi tersebut sempat membawanya mendatangi beberapa negara di kawasan Asia Selatan. Dari pengalaman tersebut, Helianti mengetahui bahwa produk-produk pertanian di negara tersebut bisa masuk ke pasar global dengan mudah.
Saat dirinya sedang berlibur di Inggris, ia sempat mampir ke toko bahan makanan organik yang dikelola oleh para petani setempat. Dia pun lantas berpikir bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat menciptakan ragam produk pertanian berkualitas. Dari pengalaman itu lah, Helianti mulai aktif menjalin hubungan dengan komunitas petani dan mulai mengembangkan Javara sejak tahun 2008.
Produk-produk organik Javara bisa Anda dapatkan di offline store-nya, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan dan di berbagai supermarket ternama di Jakarta.
Website: https://javara.co.id
Instagram: @javaraindonesia