Tersembunyi di tengah-tengah pemukiman elit di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, berdiri kokoh sebuah bangunan yang menjadi saksi bisu kesederhanaan sekaligus kematian salah satu pelukis kebanggaan Indonesia, Basoeki Abdullah.
Museum Basoeki Abdullah tidak seperti museum lainnya yang memiliki arsitektur bergaya Romawi ataupun modern futuristik. Museum ini berdiri di tengah-tengah komplek perumahan Departemen Keuangan, tepatnya berada di Jalan Keuangan Raya Nomor 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Dari luar, bangunan ini nampak seperti rumah mewah khas komplek pada umumnya. Berlantai dua, tidak ada yang menandakan rumah ini dulunya merupakan rumah seorang seniman kelas dunia.
Namun, ternyata Basoeki Abdullah sukses tinggal di sana tanpa diketahui lingkungannya, kecuali tetangga di kiri-kanan-dan depan, selama sepuluh tahun, hingga menghembuskan nafas terakhirnya yang sangat mengejutkan pada tahun 1993 silam.
Basoeki meninggal setelah melawan perampok yang membobol rumahnya pada tengah malam. Kala itu, Sang Seniman tengah beribadah di kamar pribadinya.
Pencuri yang santer kabarnya merupakan tukang kebunnya sendiri, datang menyusup untuk mencuri sebuah jam tangan. Namun tak disangka, Basoeki yang memang belum tidur memergokinya.
Setelah terjadi kejar-kejaran, Basoeki dipukul dengan senjata miliknya sendiri oleh sang pencuri. Sayang sekali hanya karena sebuah jam tangan, pelukis kebanggaan Indonesia harus pergi untuk selama-lamanya.
Kepergian Basoeki menjadi tajuk utama media saat itu. Dalam surat wasiatnya, ia menyerahkan rumah tersebut beserta sebagian koleksinya untuk negara. Pada tahun 1998, rumahnya diberikan untuk negara, dan pada tahun 2001, rumah tersebut resmi dijadikan sebagai museum dengan mempertahankan bentuk aslinya.
Photo Source: http://jakarta.panduanwisata.id
Tercatat, museum ini menyimpan 123 lukisan karya Basoeki Abdullah, 720 buah barang seni yang menjadi koleksi sang pelukis, dan buku bacaan Basoeki sekitar 3000 buah.
Butuh perlakuan khusus untuk menjaga benda-benda seni tersebut agar tidak lekang oleh waktu. Seperti menjaga ruangan di suhu 22 - 24ºC. Jika ada karya yang rusak ringan, sengaja didiamkan saja, karena untuk restorasi butuh data yang sangat banyak dari desain dasar hingga teknik dan cara Basoeki melukis. Sayangnya data tersebut tidak terdokumentasikan.
Tahun lalu, Museum Basoeki Abdullah telah menambah gedung baru yang berada tepat di sebelah bangunan aslinya untuk menampung ratusan karya peninggalan Sang Maestro. Sedangkan rumah aslinya dijadikan monumen.
Gedung baru tersebut juga merupakan rumah yang dulunya didiami tetangga dekat Basoeki. Karena persahabatan yang sudah sangat erat dengan Basoeki, ia pun mengizinkan rumahnya dijadikan museum.