Mungkin Anda tidak akan percaya jika Kemang yang kini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta dulunya hanyalah sebuah daerah terpencil dengan jalanan tak beraspal dan akan berlumpur jika hujan datang. Masih banyak fakta lainnya yang mungkin belum Anda ketahui tentang Kemang. Berikut di antaranya.
1. Dijuluki ‘Tempat Jin Buang Anak’
Pada era 1960 hingga 1970 kawasan ini hanya berisi beberapa rumah yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Salah satu kawasan di Jakarta Selatan ini dulunya merupakan wilayah sepi penduduk. Bahkan Kemang sempat tidak masuk dalam peta Provinsi DKI Jakarta waktu itu. Tak heran jika kawasan ini dijuluki sebagai ‘tempat jin buang anak’.
2. Akses yang Sulit
Dalam buku “Robinhood Betawi”, karya Alwi Shihab, dijelaskan bahwa akses keluar masuk Kemang saat itu tergolong sulit. Untuk bisa ke Pasar Minggu, misalnya, warga harus jalan kaki terlebih dulu ke Mangga Besar, lalu melanjutkan perjalanan ke Pasar Minggu menggunakan delman.
3. Warga Kemang Dulu Hidup dari Bercocok Tanam
Hingga tahun 1970, Kemang masih menjadi kawasan dengan penduduk asli Betawi. Mereka hidup dari hasil bertani dan berkebun.
Nama Kemang sendiri berasal dari nama pohon yang banyak ditemukan di daerah tersebut. Buah dari pohon ini mirip mangga, dengan aroma yang harum dan rasa yang manis sedikit masam.
4. Kawasan Penghasil Susu
Meski sepi penduduk, Kemang dulu dikenal sebagai kawasan penghasil susu. Udara yang sejuk membuat kawasan ini cocok dijadikan tempat peternakan sapi. Susu hasil perahan dari Kemang didistribusikan ke sejumlah wilayah di Jakarta.
5. Kaum Ekspatriat Datang Sebelum Tahun 1990
Seiring bergulirnya waktu, Kemang mulai mengalami banyak perubahan. Perubahan drastis terjadi pada 1990 di mana Kemang menjadi rujukan sejumlah warga pendatang.
Tak hanya itu, banyak warga asing yang juga memilih tinggal di kawasan ini. Sejumlah sumber menyebutkan, kehadiran ekspatriat di Kemang bahkan sudah ada sebelum tahun 1990.
6. Ditetapkan Sebagai Kampung Modern
Pada tahun 1999, Kemang ditetapkan sebagai kampung modern yang merupakan bagian dari sejarah Kota Jakarta melalui SK Gubernur DKI Nomor 144 Tahun 1999.
Pembangunan di kawasan ini pun mulai ramai. Tak hanya pemukiman mewah, banyak kafe dan perkantoran, bahkan hotel mulai menjamur di kawasan ini. Tak ada lagi julukan ‘tempat jin buang anak’ di sini.