Siapa yang tak kenal bajaj? Angkutan umum beroda tiga tersebut telah menghiasi ibu kota sejak tahun 1975. Bajaj masuk ke Jakarta guna menggantikan becak yang pada saat itu dianggap banyak memberikan masalah.
Nama angkutan umum yang muat untuk dua penumpang ini diambil dari nama perusahaan otomotif asal India, Bajaj, yang kendaraannya merupakan hasil modifikasi skuter. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada saat itu menggandeng Bajaj dalam hal transportasi umum karena mesin 2-tak 150cc yang diusungnya termasuk ‘bandel’ dan mudah dalam hal perawatannya.
Bajaj semakin populer di ibukota dan populasinya berkembang pesat. Impor bajaj dari India dihentikan pada tahun 1980 saat jumlah yang beredar sudah mencapai 13.335 unit di Jakarta. Hingga saat ini, populasi bajaj tercatat sebanyak 14.600 unit.
Meski mulai meredup, angkutan ini tetap dianggap efektif bagi orang yang ingin bepergian dalam jarak dekat. Sayangnya, bajaj memberikan emisi gas buang yang tinggi karena menggunakan mesin 2-tak dan tidak memenuhi persyaratan emisi gas buang yang berlaku di Indonesia. Suara mesin yang bising juga dianggap mengganggu.
Hingga kemudian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai mencari solusi angkutan alternatif yang diberi nama Kancil. Namun para pemilik bajaj keberatan karena harga Kancil saat itu mencapai Rp 30 juta per unitnya.
Akhirnya pemerintah memilih untuk tetap menggunakan bajaj, namun dengan mesin 4-tak yang lebih tenang dan ramah lingkungan karena berbahan bakar gas.
Peremajaan ini sempat mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat karena membayangkan dapat menaiki bajaj yang lebih nyaman dengan polusi udara dan suara yang minim. Tetapi perubahan itu tak semulus yang dibayangkan.
Hingga tahun 2013, baru sekitar 19 persen atau 2.755 dari 14.424 unit bajaj yang sudah diremajakan.
Lalu pada tahun 2015, Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta menyatakan, sebanyak 7.000 unit bajaj bermesin 2-tak sudah dimusnahkan. Ini berarti masih ada sekitar 1.000 unit bajaj lama yang masih beraktivitas di jalanan ibu kota.
Pada Juli tahun 2016 lalu, Organda DKI Jakarta berencana akan meremajakan angkutan bajaj roda tiga menjadi bajaj roda empat yang ramah lingkungan mulai tahun ini. Namun, beberapa kalangan menilai angkutan masih belum memenuhi standar keselamatan.
Hingga saat ini bajaj beroda tiga masih bisa Anda temukan di sudut-sudut ibu kota.