Menteng dikenal sebagai sebuah kawasan pemukiman elit, tempat hiburan, hingga rekreasi bersejarah seperti museum. Ya, bagi Anda yang menyukai wisata edukasi, Anda bisa menemukan dan menikmati museum bersejarah di kawasan ini. Berikut lima museum di Menteng yang menarik untuk dikunjungi.
1. Gedung Juang 45
Sebelumnya, tempat ini dikenal dengan nama Menteng 31 karena berada di Jalan Menteng nomor 31. Dibangun pada tahun 1920-an dan sempat menjadi tempat perencanaan penculikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok oleh golongan muda saat menjelang kemerdekaan.
Namun, tahukah Anda jauh sebelum kemerdekaan tempat ini merupakan hotel? Ya, keluarga L.C Schomper adalah pemilik Hotel Schomper. Uniknya hanya terdapat 4 kamar dan bukan sembarang orang yang bisa menginap di sini. Sebut saja Bung Karno dan tokoh-tokoh elit politik pada masanya yang menjadi pelanggan hotel ini. Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, tempat ini pernah dijadikan Gaisenkanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang). Di sinilah Jepang membiayai dan memberikan pendidikan politik bagi para pemuda Indonesia.
Beralih ke bagian bekang gedung, terdapat peninggalan mobil dinas yang pernah digunakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Mobil-mobil tersebut bertuliskan REP-1 dan REP-2 yang disimpan di dalam garasi kaca dan masih dalam kondisi baik. Biasanya pada acara napak tilas yang diadakan setiap tanggal 17 Agustus, Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta menaiki mobil-mobil tersebut untuk berkeliling sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa pahlawan kemerdekaan.
Address: Jl. Menteng Raya No.31, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat 10340, Indonesia
Tel: +6221 3909148
Web: http://museumjoang45jakarta.net/
Open: 09.00 – 15.00 WIB (Selasa-Minggu); Senin libur
Harga Tiket Masuk : Rp2000,-
Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Photo Source: Alinear Indonesia doc.
2. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Berada di Jalan Imam Bonjol, sebuah jalan raya yang lebar dan ditumbuhi pepohonan rindang, menjadikan daerah ini terasa adem. Tepat di jalan ini terdapat Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Pada masa penjajahan Jepang, tempat ini merupakan kediaman Laksamana Tadashi Maeda. Setelah sekutu memenangkan Perang Dunia II, Inggris sempat mengambil alih gedung ini yang berfungsi sebagai markas. Di sinilah Bung Karno, Bung Hatta, dan kawan-kawan membuat teks Perumusan Naskah Proklamasi. Itu sebabnya museum ini dinamakan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Address: Jl. Imam Bonjol No. 1, Menteng, Jakarta Pusat 10310, Indonesia
Tel: +62 3144743
Web: http://www.munasprok.or.id/
Open: 08.00– 16.00 WIB (Selasa-Minggu); Senin libur
Harga Tiket Masuk: Rp5000,-
Museum Jendral Ahmad Yani. Photo source: Alinear Indonesia doc.
3. Museum Sasmitaloka Jendral Ahmad Yani
Sebelum dijadikan sebagai museum, tempat ini merupakan kediaman pribadi Jenderal Ahmad Yani. Tempat ini merupakan saksi bisu G30S PKI. Pada tanggal 1 Oktober 1965 subuh, pasukan Cakrabirawa dan Gerwani berhasil mengepung rumah ini untuk menculik Jendral Ahmad Yani.
Tiga orang dari pasukan Cakrabirawa datang dan memasuki rumah dari pintu yang biasa dilewati oleh asisten rumah tangga dan juga para ajudan. Pintu tersebut tidak pernah dikunci. Ketiga orang dari Cakrabirawa membangunkan asisten rumah tangga dan memaksanya untuk membangunkan sang jenderal.
Namun asisten rumah tangga tersebut tidak berani melakukannya. Sehingga terjadilah kegaduhan yang membangunkan salah satu putra Jenderal Ahmad Yani.
Akhirnya putranya muncul dan diperintahkan untuk membangunkan ayahnya oleh salah satu orang dari anggota Cakrabirawa. Sempat terjadi komunikasi dan bersitegang antara jenderal dengan ketiga orang asing tersebut.
Hingga pada saat Jenderal Ahmad Yani membalikan badan dan hendak berpakaian rapi, di situlah beliau diberondong oleh senjata api yang ditembakan oleh salah seorang pasukan Cakrabirawa sebanyak 7 kali tembakan. Saat itu juga Bapak Yani pun gugur. Museum ini masih menyimpan benda-benda asli. Ingin tahu tentang museum ini? Kunjungi tempatnya pada alamat di bawah ini.
Address: Jl. Lembang Terusan Blok D No. 58, Menteng, Jakarta Pusat 10310, Indonesia.
Open: 08.00– 16.00 WIB (Selasa-Minggu)
Harga Tiket Masuk: Gratis
Museum A.H.Nasution. Photo source: Alinear Indonesia doc.
4. Museum A. H. Nasution
Letaknya tidak jauh dari kediaman Jendral Ahmad Yani. Memiliki halaman depan yang luas dan terdapat sebuah patung Jenderal A. H. Nasution yang berdiri tegak di bagian depan halaman. Dahulu rumah ini merupakan kediaman pribadi dari keluarga Jenderal Besar Nasution. Rumah ini menjadi tempat bersejarah ketika tragedi berdarah G30S PKI, di mana putri bungsu sang jenderal, Ade Irma Suryani, menjadi korban penembakan pasukan Cakrabirawa yang awalnya hendak memberondong Nasution dengan timah panas.
Tak hanya itu, rumah ini juga merupakan tempat di mana Kapten Pierre Tandean yang terkenal dengan ketampanannya pernah tinggal dan bertugas sebagai adjudan pribadi Jenderal Nasution. Demi melindungi atasannya, Pierre Tandean dengan berani mengakui dirinya sebagai Jenderal Nasution untuk mengecoh para pasukan Cakrabirawa pada saat itu.
Karena dorongan istrinya, Jenderal Nasution berhasil melarikan diri untuk menghindari tragedi tersebut. Sementara Jenderal Nasution merasa dilema hendak meninggalkan istri dan terutama anaknya yang terluka akibat luka tembakan yang dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa. Sisa-sisa bekas tembakan peluru masih ada di beberapa bagian sudut rumah tersebut.
Untuk mendapatkan penjelasan lengkap, Anda bisa meminta tour guide pada petugas museum. Pastinya akan lebih seru karena Anda bisa mendapatkan informasi dan cerita yang lebih seru sekaligus menambah wawasan.
Address: Jl. Teuku Umar No.40, RT.1/RW.1, Menteng, Jakarta Pusat 10350, Indonesia
Open: 08.00 – 16.00 WIB (Selasa-Minggu); Senin libur
Harga Tiket Masuk: Gratis
Museum Kebangkitan Nasional. Photo source: www.Letsgo2museum.blogspot.co.id
5. Museum Kebangkitan Nasional
Gedung ini merupakan tempat bersejarah yang dibangun pada tahun 1898. Di tempat inilah banyak peristiwa sejarah terjadi. Dahulu, gedung ini digunakan sebagai tempat pendidikan bernama STOVIA (School Tot Opleding van Indandsche Artsen) atau Sekolah Kedokteran Bagi Bumi Putera.
Selain berfungsi sebagai sekolah, tempat ini juga berfungsi sebagai asrama bagi para pelajar yang sedang menuntut ilmu. Di tempat ini juga gerakan Boedi Utomo lahir. Para pelajar STOVIA adalah pelopor bangkitnya gerakan nasionalisme Indonesia pada tanggal 20 Mei 1908.
Sekarang tempat ini masih berdiri dengan kokoh dan bertransformasi menjadi museum di mana siapapun bisa datang dan mempelajari sejarah gerakan kebangkitan nasional yang pertama.
Address: Jl. Abdul Rachman Saleh No.26, RT.4/RW.5, Senen, Kota Jakarta Pusat, 10410, Indonesia
Tel: +6221 3847975
Web: http://muskitnas1908.id/
Open: 08.00 – 16.30 WIB (Selasa- Minggu); Senin libur
Harga Tiket Masuk: Rp2000,- (dewasa), Rp1000,- (anak-anak), Rp10.000,- (turis mancanegara)