ID | EN

6 Fakta Menarik Desa Panglipuran Di Bali

Desa Panglipuran, salah satu dan hidden gem objek wisata yang wajib Anda kunjungi di Bali!
 
Desa Panglipuran merupakan desa yang berada di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, di propinsi Bali. Desa ini merupakan salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi di Bali. Dikenal dengan tatanan desanya dan juga kebudayaanya yang unik. Itu sebabnya banyak sekali wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik berkunjung ke sini, Berikut fakta menarik Desa Panglipuran di Bali.
 
Dinobatkan Sebagai Desa Terbersih Di Dunia
Desa ini dinobatkan sebagai desa ketiga terbersih di dunia setelah Giethoorn di Belanda dan Mawlynnong di India.  Masyarakat desa ini sangat menjaga tradisi  dan adat istiadat nenek moyang dengan ketat, tradisi dan adat istiadat tersebut termasuk menjaga kebersihan lingkungannya. Jadi jangan heran kalau setiap 30 meter Anda akan menemukan tong sampah agar orang tidak membuang sampah sembarangan.
 
 
Selain itu, desa ini juga bebas polusi karena orang-orang dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Bilamana hendak bepergian, jalan kaki atau naik sepeda merupakan terbaik untuk  berjalan-jalan mengelilingi desa ini. Salah satu alasan banyak wisatawan ingin mengunjungi desa ini karena pemandangan yang indah dan menarik. Desa ini diwarnai dengan rerumputan yang hijau, bunga Bugenvil, Kembang Sepatu, Mawar, dan pohon Kamboja sehingga membuat orang merasa tenang dan terpukau dengan keindahannya. Tak sampai di sana, desa ini juga meraih berbagai penghargaan bergengsi, seperti Indonesia Sutainable Tourism Award (ISTA) pada 2017 dan Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.
 
Memiliki Filosofi Tatanan Ruang Trimandala
Masyarakat Panglipuran juga percaya dengan Tatanan Ruang Trimandala, yang artinya tri adalah tiga, dan mandalaadalah zona. Dengan kata lain Trimandala berarti tiga zona yang mempunyai tingkat fungsi dan kesucian yang berbeda.
 
 
Kalau dilihat secara makro, desa ini memiliki topografi melereng, di mana memiliki dua orientasi, yaitu utara dan selatan. Sehingga bagian utara dianggap sebagai bagian yang paling tinggi, di mana bagian yang paling tinggi merupakan tempat untuk beribadah atau setanah dengan Tuhan. Lalu merendah ke zona 9 hektar di mana kawasan ini merupakan kawasan pemukiman penduduk, atau disebut juga madya mandala. Dan yang terakhir adalah kawasan nista mandala atau zona kuburan.
 
Sedangkan jika dilihat secara mikro, pekarangan rumah merupakan tempat untuk berdoa, bagian rumah merupakan madya mandala di mana seluruh keluarga berkumpul dan berada, dan toilet merupakan bagian dari nista mandala.
 
 
Hutan Bambu Sebagai Pelidung Desa
Tempat ini memiliki luas sebesar 112 hektar, 40% dari luas desa ini merupakan hutan bambu yang dibiarkan tumbuh secara alami mengelilingi desa, yang juga tumbuh di daerah resapan. Masyarakat Desa Panglipuran sangat menjunjung tinggi dan menjaga keseimbangan antara alam dengan manusia. Sehingga hutan bambu tersebut dibiarkan tumbuh secara alami dan menjadi manifestasi mereka.
 
Menganut Filosofi Kalapatra
Ditetapkan sebagai desa konservasi sejak tahun 1980-an, di mana seluruh masyarakat Desa Panglipuran sangat menjaga dengan ketat tradisi, adat istiadat, dan budaya nenek moyang mereka hingga saat ini. Walaupun demikian, mereka tidak kaku dan sangat terbuka dengan kebudayaan lain. Itulah yang disebut dengan filosofi Kalapatra. 
 
 
Dilarang Berpoligami
Desa ini sangat mengedepankan hak dan pemberdayaan perempuan. Di desa ini melarang pria yang sudah menikah untuk memiliki istri lebih dari satu, karena hal tersebut dianggap sebagai dosa yang besar. Jika ada yang melanggar peraturan ini, maka ia akan dikucilkan dan harus menempati kawasan khusus bernama Karang Memadu. Apalagi merayakan pernikahan dengan istri kedua, seorang pria sudah pasti akan diusir dari desa ini. Dengan adanya pelarangan poligami, hak-hak perempuan terlindungi dan juga terjamin.
 
Menginap di Rumah Warga
Nah, buat Anda yang ingin stay lebih lama dan ingin lebih mengenal kebudayaan setempat, desa ini juga memiliki pilihan homestay atau guest house dengan harga yang terjangkau. Harga per malam homestay di sini rata-rata dibandrol sebesar Rp500,000,- per malam sudah termasuk sarapan pagi. Keuntungan yang bisa Anda dapatkan saat menginap di Panglipuran, Anda dapat menemukan dan merasakan budaya adiluhung masyarakat adat desa ini yang tidak Anda temukan di tempat lain. Jadi, bila Anda sedang berlibur ke Bali jangan lupa masukan Desa Panglipuran ke dalam daftar “Must Visit Place in Bali”.
Scroll To Top